Bahasa:
Sudah menjadi hal biasa di
setiap berita mengenai orang tua yang membunuh anak atau bayinya sendiri.
Menurut psikiater Phillip Resnic, orang tua yang seperti itu melakukannya
karena alasan tertentu. Entah mereka percaya bahwa anak mereka akan hidup lebih
baik di kehidupan setelah kematian, orang tua memiliki gangguan mental, anak
mereka tidak seperti yang diharapkan, atau suatu pelampiasan.
Perilaku membunuh anak atau
bayi dikenal dengan istilah infantisida. Infantisida tidak hanya terjadi pada
manusia, tetapi juga pada hewan, seperti mammal, burung, serangga, ikan, dll.
Dan biasanya dilakukan oleh hewan jantan atau betina dalam satu spesies. Pelaku
infantisida bisa saja orang tua biologisnya, kerabat yang sudah dewasa, atau
bahkan individu asing. Alasan melakukan infantisida bervariasi, termasuk beberapa hal yang diutarakan oleh Philip Resnic diatas, dan jangan
salah, hewan yang melakukannya bukan berarti kejam.
![]() |
Infantisida pada Singa |
![]() |
Jacana jacana |
![]() |
Lethocerus deyrollei |
Pada hewan jantan yang
bertindak sebagai pembunuh, alasannya bisa jadi untuk membuat individu betina
kembali reseptif secara seksual (mau menerima ajakan kawin) karena ketika
mereka punya bayi dan masih menyusui, mereka tidak sedang berada dalam tahap
ovulasi dan tidak mau menerima rayuan seksual pejantan. Jadi, ketika individu
jantan membunuh bayi, betina akan segera kembali ke masa-masa birahi dan mau
diajak kawin oleh jantan. Pada burung Jacana
jacana dan serangga air Lethocerus
deyrollei justru umumnya hewan betina yang membunuh anakan. Mengapa? Hewan
jantan spesies tersebut biasanya bertugas merawat telur-telur dan kurang
reseptif secara seksual. Terlebih lagi, kalau telur itu bukan telur biologis si
betina. Betina akan dengan senang hati menghancurkannya dan mengawini jantan.
Semakin banyak suatu gen disalurkan ke keturunan, mereka akan semakin dianggap
berhasil secara reproduktif.
Terkadang hewan betina
membunuh anaknya sendiri karena lingkungan yang tidak dapat mendukung kehidupan
mereka. Daripada anak-anak mereka hidup menderita, kekurangan makanan, dan
akhirnya mati kelaparan, induk betina akan memangsanya. Hal ini dilakukan
sehingga induk betina tetap memperoleh energi untuk melanjutkan hidupnya dan
kawin lagi di tempat dan waktu yang lebih mendukung. Di kehidupan alam liar,
terkadang anak yang mati akan segera dilahap individu dewasa agar bau yang
ditimbulkan tidak mengundang predator dan malah mengancam individu tersebut.
![]() |
Bayi Khali yang Diamankan |
![]() |
Bayi milik Gracie yang Dibunuh Pamannya |
Ada banyak kasus infantisida
yang terjadi, baik di alam liar maupun pada hewan tangkapan. Pernah mendengar kasus Khali? Beruang yang
hidup di Kebun Binatang Nasional di D.C. Khali adalah induk betina yang pernah
melahirkan 3 ekor bayi. Namun bayi pertamanya langsung dia makan ketika dia
masih dalam masa persalinan. Bayi satunya lagi dimakan setelah 1 minggu pasca
kelahiran masih menunjukkan tanggungjawab layaknya seekor indukan. Sedangkan
bayi yang tersisa diamankan dan diperiksa. Ternyata bayi yang diamankan tersebut
menderita hipotermia dan infeksi. Kemudian petugas kebun binatang menduga bahwa
Khali memangsa mereka karena mereka sakit dan agar bayinya tidak menderita.
Kasus yang aneh adalah seekor paman simpanse di Kebun Binatang Los Angeles yang
menyerang keponakannya yang masih bayi. Motive paman simpanse ini masih belum
diketahui mengapa dia menyerang anakan. Bukan karena persaingan ataupun untuk
mengawini induknya.
Itulah tadi informasi sekilas
mengenai Infantisida pada hewan. Lalu munculah suatu pertanyaan antroposentris “mengapa
individu dewasa bisa sebegitu kejinya terhadap bayi hanya untuk bertahan hidup.
Atau terlepas dari etika, mengapa infantisida pada manusia dianggap kejam,
sedangkan berbicara mengenai alam, infantisida mungkin merupakan jalan terbaik
untuk mencegah anak menjalani kehidupan yang keras. Mungkin jawabannya adalah
manusia bisa saja bertindak sejauh itu ketika otak mereka sedang kacau. Otak
kita dilengkapi dengan intelegensia yang tinggi dan emosi yang lebih lengkap
dibandingkan hewan lain. Hewan-hewan itu tidak memiliki otak yang tidak
seberkembang otak manusia. Insting mereka diatur untuk bertahan hidup apapun
resikonya, bahkan mengorbankan anak sendiri. Mereka juga akan berusaha
menghasilkan keturunan dengan sumbangan genetik dari gen mereka sendiri. Dan berbicara hal seperti ini, akan selalu
mengarahkan kita kembali pada frase “Survival
of the Fittest”
English:
Recently, it is actually common when we hear news in which parents murder
their own babies. According to
Psychiatrist Phillip Resnic, they might commit it because
of certain reasons. Either they believe that
their children will live better life in the afterlife than they live in a
hell-ish world, the parents might be psychotic, their children are not as they
expected, or it could be a revenge to show
to their partner to hurt back.
Well, this kind of behavior is
called infanticide (infant = infant, cidium= one who kills). Infanticide
doesn’t just happen in human, but actually also occurs commonly in animals, such
as mammals, birds, insects, fish, etc., and usually
commited by males or females of the same species. The murderer might be their
own parents, mature relatives, or
strangers. The reasons are various, and don't get them wrong. Some is really for better life for the parents.
When the males play as perpetrator,
the reason is usually to make females sexually receptive because when they are
lactating, they do not ovulate and sexually unreceptive. So, when males kill
females’ babies, they can mate again as soon as possible. This usually happens
in human animals, rodents, and lions. Same reason happen in tropical wading
bird (Jacana jacana) and giant water
bugs (Lethocerus deyrollei) where
females work as the perpretrator and males are the one who broods, so the females
will mate with males and have her eggs. The more they pass their genes on the
offspring, the more they are considered reproductively successful.
Sometimes, females kill their
own kids because the environment they live doesn’t support them to survive.
Rather than having some suffering children due to lack of foods and eventually
dying of starvation, the mother eats
them, so that the mothers gain energy to continue her life and maybe she can
mate and produce offsprings again in a better environment. In wildlife, dead
child sometimes is eaten right away so that the odor of rotting body won’t
attract predators.
Ever heard of Khali, the
sloth bear mother living in Smithsonian’s National Zoo in D.C. that murder her
two cubs? Or an uncle chimpanzee who killed his nephew in Los Angeles Zoo?
Well, there are actually so many case of infanticide happening in animals, not
just as mentioned above. In Khali’s case, she gave births to three cubs. One of
them was eaten by her right after laboring. Another one was killed few days
later and the last one was kept safe to prevent being eaten. Then, it turned
out that the last one was sick and brought to vet. They speculated that due to
cubs’ illness, Khali ate both of them. And then there was this uncle chimp who
killed his nephew for unknown reason. No mismanagement was done. The uncle just
attacked her.
And then there is a question
from our anthropocentric perspective. How could those animal go that far just
to survive? Or, unethically speaking, how could human infanticide be considered as horrible things, while naturally speaking, it might be the best way to prevent our child to live sorrowful life. Maybe the human could go that far too when we don’t use our
brain correctly. Our brain is equipped with high intelligence to overcome what is wrong with our child and more complete emotions. Those animals don’t have brain as advanced as ours. Their
instincts are set to survive no matter what the cost, even their own children.
They will also try to produce offsprings of their own to enrich their genetic
pools. And it will always come back to “Survival of the Fittest” phrase.
References:
https://en.wikipedia.org/wiki/Lethocerus_deyrollei#/media/File:Lethocerus_deyrollei.jpg
No comments:
Post a Comment